ٱلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ ٱللَّٰهِ وَبَرَكَاتُهُ
Sarman adalah seorang pemuda yang tinggal di
daerah Amri, iya tinggal bersama paman dan bibinya, orang tuanya meninggal
dunia sejak ia muda.
Pekerjaan masyarakat di daerah tersebut yaitu
petani mereka biasa menjual hasil panennya ke daerah Mohenjo Daro. Awal ceritanya sarman berhasil
menangkap dan membunuh buaya yang sudah meresahkan warga Amri.
Sarman selalu menginginkan
agar mendapat izin pergi ke Mohenjo Daro, tetapi paman dan bibinya selalu
melarangnya, ketika suatu saat di mana waktu untuk menjual hasil pertanian
tersebut ke daerah Mohenjo Daro Sarman tidak lagi merasa bimbang untuk pergi ke
sana bahkan ia berniat untuk kabur tanpa memberitahu paman dan bibinya bahwa ia
akan pergi, tetapi ketika ia hendak keluar untuk berangkat ia dihadang oleh
pamannya. Dan pada saat itulah pamannya memberi arahan kepada sarman agar ia
waspada jika ia pergi ke Mohenjo Daro karena pemimpin Mohenjo Daro tersebut
terkenal kejam (Maham), dengan berat hati paman dan bibi melepas Sarman
berangkat ke Mohenjo Daro, sesampai ya di sana ia mulailah menjual barang
dagangannya. Di saat Sarman sedang menjual barang dagangannya Maham mengusulkan
kenaikan pajak kepada rakyatnya, rakyat tersebut keberatan tetapi tidak ada
yang berani menentang dengan spontan Sarman mewakili seluruh warga mengatakan
bahwa ia tidak setuju dengan kenaikan pajak tersebut karena terlalu mahal. Lalu
pengikut Maham akan membunuh Sarman
tetapi rakyat ikut membantu Sarman akhirnya Sarman
tidak jadi dibunuh.
Setelah beberapa hari ia
menjual dagangannya ia berjumpalah dengan seorang perempuan (Chaani) yang
banyak menyebutnya sebagai titisan dari Dewi Sindu, dan ia pun mulai jatuh
cinta kepada perempuan tersebut akan tetapi cintanya tidak bisa dicapai karena
wanita tersebut sudah dijodohkan dengan anak pemimpin Mohenjo Daro yang bernama
Moonja.
Maham menemukan bahwa Sarman dan Chaani saling mencintai dan Sarman juga pemimpin pemberontak pajak, sehingga
ia menantang Sarman
untuk melawan Bakar dan
Zhokar. Sarman mengusulkan jika ia menang maka Chaani dibebaskan dari
pertunangannya dan Maham pun setuju.
Sebelum pertarungan ketika
itulah imam ayah dari Chaani menceritakan bahwa Sarman adalah anak dari pemimpin
Mohenjo Daro sebelumnya ia pun menceritakan seluruh kejadian yang dialami oleh
ayahnya hingga ayahnya dibunuh oleh Maham.
Maham
telah menemukan bahwa Sungai Sindhu yang perkasa menyimpan setumpuk emas yang
besar, jadi dia memutuskan untuk menempatkan sebuah bendungan di sungai dan
mengalihkan jalannya untuk menambang emas itu. Ayah Sarman (Srujan)
menolak ketika Maham akan membendung sungai Shindu. tapi Maham membangun bendungan itu dan menyuruh Srujan dibingkai dan
ditangkap karena menimbun emas. Ayah Chaani dan paman Durjan-Sarman - dipaksa oleh Maham
untuk mengkhianati Srujan, dan yang terakhir terbunuh. Maham kemudian
mengambil tempat Srujan sebagai Kepala Senat yang baru.
Dari cerita ayah Chaani lah ia
meniatkan untuk menang melawan kabar dan khabar dan ingin membalas dendam
terhadap kematian ayahnya yang dibunuh secara kejam oleh Maham.
Chaani mengekspos rencana
Maham untuk menggunakan emas dari Sindhu untuk memperkaya dirinya dan
menyelundupkan senjata dari Barat. Semua pemimpin sekarang menentang
Maham. Orang-orang memilih Sarman sebagai kepala baru tapi Sarman
menyarankan agar Mohenjo Daro membutuhkan pemerintahan rakyat, bukan kepala
pemerintahan. Sarman menyadari bahwa bendungan itu akan meledak dan Sungai
Sindhu akan membanjiri kota. Dia mengumpulkan rakyat untuk membuat kapal dan membentuk jembatan terapung. Mereka meninggalkan Mohenjo Daro dan menyeberang ke seberang
sungai. Bendungan runtuh, dan Maham, dirantai di alun-alun kota,
tenggelam. Aliran sungai tersebut kemudian
dinamai menjadi Sungai Gangga.
Demikianlah ringkasan dari cerita Mohenjo Daro, Saya yang bernama Endang
Widiyanti Prodi Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah, Institut Agama Islam
Tafaqquh Fiddin Dumai.
Komentar
Posting Komentar